Monday, August 11, 2008

Regenerasi Saraf dengan Laser Energi Rendah pada Erb Palsy


Kerusakan saraf tepi yang terjadi karena faktor trauma atau yang lainnya pada penderita dapat mengacu pada tiga hal yaitu:
1. Kerusakan pada selaput myelin (pembungkus saraf) neuropraksia
2. Kerusakan pada axon
3. Kerusakan pada sel saraf (neuron)

Pada kasus kelahiran yang disertai dengan penyulit (dystosia bahu atau letak tangan menumbung atau letak lintang), maka pada proses delivery (melahirkan bayi) terkadang harus dilakukan dengan cara manual. Pada kelahiran letak normal dengan penyulit seperti bahu lebar, maka sering terjadi over stretching pada pleksus brakhialis bagian atas, (C5,6,7) sedangkan pada letak sungsang terjadi over stretching pada pleksus brakhialis bawah (C8-Th1).

Erb Palsy adalah kelainan yang terjadi pada pleksus brakhialis atas dengan ciri pada bayi baru lahir dengan adanya kelemahan otot-otot daerah anggota gerak atas (dalam hal ini area C 5-7) yang tampak pada kelemahan otot bahu, lengan atas, lengan bawah sedangkan tangan berfungsi normal. Klumpkie adalah kebalikan dari Erb Palsy dimana kelemahan terjadi pada tangan sedangkan anggota gerak atas yang lain normal.

Pengunaan teknologi laser di bidang kesehatan makin luas, demikian pula dengan bidang rehabilitasi medik. Pada penderita dengan gangguan Erb Palsy sering mengalami suatu gangguan neuropraksia. Gangguan ini bersifat reversibel dengan catatan bahwa trauma pada saraf tidak sampai axon. Pada penderita bayi baru lahir, maka tindakan rehabilitasi medik adalah dengan memberikan posisi yang benar yang bertujuan untuk menghindari tarikan saraf lebih lanjut. Posisi yang dapat diberikan berupa posisi seperti patung liberty dengan modifikasi atau dengan cara melipat bahu kedalam seperti posisi patah tulang klavikula. Dan dihindari posisi tidur yang menindih tempat lesi saraf (contoh kelumpuhan kanan maka dihindari tidur miring kanan). Penambahan terapi Elektro Stimulasi (ES) dapat dimulai pada awal bulan yang bertujuan merangsang aktifitas kelistrikan saraf dan re-edukasi dari otot yang mengalami kelemahan. ES dapat dilakukan 2x/ minggu dilanjutkan dengan program terapi dirumah berupa rangsangan taktil oleh orang tua yang diajarkan oleh dokter dan terapis.

Evaluasi ini berlangsung sampai 3 bulan diharapkan terjadi proses pertumbuhan saraf pada bayi. Setelah 3 bulan dapat dilakukan pemeriksaan EMG - NCV (Elektromyography- Nerve Conduction Velocity) yaitu suatu alat yang dapat mengukur derajad kerusakan saraf dan otot.

Penggunaan laser pada kasus regenerasi saraf sangat diperlukan dalam bidang ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Laser yang mempunyai panjang gelombang 632 nm mempunyai titik tangkap pada mitokhondria (pusat pernafasan) sel. Dengan pemberian laser maka akan memperkaya ATP (energi sel) sehingga menyebabkan sel berfungsi lebih baik. Laser mempunyai sifat neuroprotektif dan neuroregeneratif pada sel saraf. Hal ini dapat dibuktikan dengan penggunaan laser pada berbagai senter pendidikan di Amerika untuk guiding (membantu) regenerasi pada saraf perifer. Pemberian laser pada bayi yang mengalami Erb Palsy menggunakan dosis yang kecil (dosis stimulasi tidak perlu waktu yang lama) dengan menggunakan 1 J/ titik dengan maksimal dose 10 J. Diharapkan regenerasi saraf akan lebih cepat apabila menggunakan laser ditambah dengan elektro stimulasi. Regenerasi saraf berkisar 1mm/hari dengan syarat tidak terdapat sprouting.

Dengan ini mudah-mudahan menambah khasanah pengetahuan laser pada regenerasi saraf perifer terutama pada penderita dengan Erb Palsy atau Klumpkie.

Thank to God who creates the Light.............................

Sunday, August 3, 2008

Laser untuk Penyembuhan Luka

Laser merupakan suatu gelombang
elektromagnetik yang dapat berinteraksi dengan
biological tissue dengan efek samping bergantung
dari daya dan exposure yang diterima oleh
biological tissue tersebut. Hal inilah yang
dijadikan sebuah dasar penggunaan laser untuk
berbagai macam aplikasi penyembuhan luka. Pada
paper ini akan dipaparkan aplikasi sebuah laser
dengan bahan semikonduktor yakni Gallium-
Aluminium-Arsenide yang memiliki panjang
gelombang 800-nm untuk terapi penyembuhan
luka pada kulit.

Metode terapi yang dilakukan adalah penyinaran
laser dengan objek percobaan yaitu kulit hewan
tikus yang telah dilukai. Penyinaran dilakukan
tanpa menyentuh kulit (non invasive). Penggunaan
laser GaAlAs didasarkan pada daya keluaran yang
dihasilkan relatif kecil berkisar antara 3-5 mWatt.
Parameter yang diamati pada proses terapi ini
adalah daya keluaran laser yang diberikan (P),
variasi panjang gelombang laser (λ), distribusi
intensitas, diameter berkas pada laser dan
kecepatan penyembuhan luka pada tikus itu
sendiri.

Dari hasil terapi yang dilakukan menggunakan
laser GaAlAs dengan daya sebesar 5 mWatt,
didapatkan kesimpulan untuk daya tertentu yang
dihasilkan oleh laser, proses penyembuhan luka
pada kulit tikus mencapai 100% pada hari ke 19.
Metode terapi dengan menggunakan laser daya
rendah seperti ini masih terus dikembangkan untuk
keperluan medis lainnya.
(http://ep.its.ac.id/2008/05/18/aplikasi-laser-gallium-aliminium-arsenide-untuk-terapi-penyembuhan-luka/)

Monday, August 27, 2007

Anak Susah Konsentrasi (Gangguan Pemusatan Perhatian)

Di jaman sekarang ini, makin banyak penderita autisme, hiperaktive, atau atensi. Di sini saya akan memberi sedikit tentang gangguan atensi atau pemusatan perhatian atau konsentrasi. Tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan untuk mengatakan seseorang (anak) tersebut mempunyai gangguan atensi. Karena hal ini berkaitan dengan managemen dan terapinya. Oleh karena itu kadang diagnosa untuk anak tidak dapat dilakukan dengan sekali pertemuan kadang dibutuhkan beberapa kali pertemuan untuk menentukan diagnosa yang tepat. Di bawah ini adalah observasi yang dapat membantu anda dalam pengamatan apakah putra anda memiliki gangguan pemusatan perhatian atau gangguan atensi. Bila terdapat gejala dibawah ini segera konsultasikan dengan dokter spesialis rehabilitasi medik yang akan bekerja sama dengan dokter THT dan dokter jiwa anak. Semoga membantu

Observasi klinik atensi
1. Mudah beralih perhatiannya (karena melihat atau mendengar sesuatu), perhatian beralih minimal 3 kali selama tes karena stimuli lingkungan.
2. Aktivitas tinggi, selalu berlari berkeliling & tidak mampu duduk selama melakukan satu aktivitas; meninggalkan meja 3 kali atau lebih selama tes; mungkin berdiri di atas meja tes, selama tes memerlukan istirahat beberapa kali.
3. Hanya bermain sebentar dengan satu mainan, untuk kemudian beralih ke aktivitas yang baru.
4. Impulsif dalam memegang sesuatu, perlu diingatkan 3 kali atau lebih sebelum menyentuh sesuatu.
5. Menghilang dari aktivitas, sulit untuk ikut aktivitas kembali, perlu respon segera.
6. Tidak dapat beralih fokus dari satu obyek ke obyek lain setelah bermain dalam periode yang lama.
7. Mudah menyerah; bila frustrasi dan perlu dorongan untuk terus melakukan aktivitas.
8. Hanya memilih tugas yang mudah.
9. Kegiatan tak bertujuan, tanpa eksplorasi yang terpusat.
10. Tergantung pada orang dewasa untuk memusatkan perhatian selama aktivitas bermain.
11. Menjadi sangat gembira bila berada di keramaian, misalnya di pasar swalayan atau restoran yang ramai.

PERATURAN MAKAN UNTUK WAKTU MAKAN
1. Tetapkan jadwal waktu makan. Bila anak tidak makan pada waktunya, hindari memberi makan pada jam yang lain. Bertahanlah pada jadwal. Jadwal terdiri dari 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan kecil. Jangan diberikan makanan kecil ekstra, meskipun anak belum makan pada salah satu waktu makan. Hal ini akan membuat anak mulai mengerti rasa lapar dan kapan dia makan bila merasa lapar. Bila waktu makan akan tiba, bicarakan mengenai rasa lapar. Setelah makan, bicarakan mengenai rasa kenyang.
2. Jangan khawatir mengenai berapa banyak yang dimakan waktu jam makan. Bila sudah selesai makan, segera bereskan makanan. Bila anak tidak dapat bermain di lantai tanpa pengawasan, cobalah memberikan beberapa gelas ukur, Tupperware dan sendok kayu selama dia ada di kursi tinggi. Saatnya anda menyelesaikan makanan anda sendiri.
3. Mulailah dengan makanan yang dapat dimakan sendiri oleh anak, seperti pisang atau roti tawar.
4. Di samping menggunakan sendok, dimana anak seringkali menolak setelah mengalami muntah, gunakan sesuatu yang lain – seperti sikat gigi Nuk, atau roti batang untuk dicelupkan ke yogurt, puree buah, puding. Yakinlah menggunakan makanan yang dapat memotivasi anak, misalnya roti batang sebagai alat makan. Biarkan bayi anda mencelupkan roti batangnya sementara anda membantu anak yang lain. Selalu perhatikan apakah dia selalu dalam kontrol dengan ‘alat makannya’. Anda dapt mengenalkan sendok kembali setelah roti batang atau sikat gigi Nuk mulai bekerja.
5. Selalu memakan sesuatu dengan anak anda. Hal ini mengenalkan waktu makan dan membuat dia tertarik untuk makan juga. Hati-hati jangan berdiet bila melakukan program ini. Karena anak akan pendapat kesan bahwa anda menghindari makanan untuk menurunkan berat badan dan akan meniru perilaku anda.
6. Semua makanan ada di kursi tinggi atau tempat duduk lain yang sesuai. Jangan makan selama anak mengelilingi rumah atau sedang berada di tempat lain ( misalnya bak mandi atau mobil )
7. Pindahkan piring, makanan, cangkir dll bila mereka melemparnya. Berikan satu peringatan yang jelas ” jangan dilempar”. Bila masih melempar, turunkan anak dari kursi dan hentikan acara makan.
8. Arahkan anak untuk makan sendiri bila memungkinkan. Untuk anak yang kecil yang belum dapat memakai sendok karena mereka belum mampu mengendalikannya, anda dapat
9. Batasi waktu makan 30 menit. Akhiri makan lebih awal bila anak membuang, melempar atau bermain dengan makanan atau melakukan perilaku disruptif lain. Bila anak tidak makan, ambil makanan setelah 10 atau 15 menit.
10. Pisahkan waktu makan dengan waktu bermain. Jangan memberikan mainan di kursi tinggi atau meja makan. Jangan bermain pada waktu makan. Jangan menggunakan permainan untuk menyuap dan jangan menggunakan makanan untuk bermain.
11. Jangan memuji anak bila dia makan dan mengunyah. Perlakukan acara makan dengan wajar. Tidaklah wajar untuk memuji karena anak makan dan mengunyah.
12. Jangan melakukan permainan dengan makanan ke dalam mulut anak
13. Jagalah ekspresi tidak setuju dan frustrasi bila anak tidak mau makan
14. Berikan makanan padat dahulu baru diikuti cairan. Minum akan mengisi lambung sehingga anak tidak merasa lapar.
15. Rasa lapar akan memotivasi anak untuk makan. Jangan memberikan sesuatu diantara waktu makan, termasuk susu atau jus. Anak akan minum bila haus.
16. Buatlah waktu khusus bermain sebelum atau sesudah makan untuk memberikan perhatian pada anak dengan cara yang positif.
17. Pergunakan waktu makan sebagai waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Dalam hal ini perhatian terpusat pada sosialisasi daripada mengkhawatirkan seberapa banyak anak makan. Yakinkan bahwa TV sudah dimatikan.
18. Semua pengasuh harus menjalankan program ini atau program tidak akan berjalan.

Problem Kontrol Motorik pada Anak
1. Seringkali merusakkan – terlihat tidak dapat menilai seberapa keras dan lunaknya mainan untuk ditekan.
2. Melewati rintangan atau menjatuhkan diri
3. Sering jatuh ( pada usia lebih dari 18 bulan )
4. Postur tubuh merosot waktu duduk atau berdiri
5. Menyandarkan kepala pada tangan atau lengan
6. Memilih untuk berbaring daripada duduk atau lebih baik duduk daripada berdiri.
7. Menggenggam obyek tidak kuat ( pensil, gunting atau sendok ) atau menggenggam terlalu kuat.
8. Cepat lelah selama aktivitas fisik
9. Sendi longgar dan lentur, dapat duduk dengan posisi tungkai seperti huruf W
10. Kesulitan memanipulasi obyek-obyek kecil, seperti mengaitkan.
11. Makan dengan cara yang tidak rapi
12. Tidak mempergunakan 2 tangan untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan 2 tangan seperti memegang kertas selagi menggambar, memegang gelas selagi menuangkan.

Problem Perencanaan Motorik pada Anak
1. Takut mencoba aktivitas motorik baru ; suka melakukan hal yang sama dan dapat diperkirakan
( misalnya aktivitas rutin )
2. Kesulitan membuat perubahan dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya.
3. Harus dipersiapkan beberapa kali sebelum satu perubahan diperkenalkan
4. Tidak dapat merencanakan urutan aktivitas; memerlukan struktur dari orang dewasa.
5. Mudah frustrasi
6. Aktivitasnya sangat terkontrol
7. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
8. Agresif dan destruktif dalam bermain
9. Mudah temper tantrum
10. Tidak dapat merangkak sebelum mulai berjalan
11. Kesulitan dalam berpakaian dan merangkai gerak.




Saturday, August 25, 2007

Bahan makanan Tinggi kalsium


Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa rendahnya konsumsi kalsium sangat berdampak pada pengeroposan tulang. Bila kita ketahui sejak awal maka kita dapat mencegah dan menghindarinya. Pencegahan dimulai sejak bayi karena makin awal makin baik agar si anak punya tabungan kalsium banyak. Kebutuhan kalsium bervariasi pada orang dewasa sekita 1300 mg.
Jadikebutuhan yang tercukupi akan mengurangi resiko osteoporosis. Dan wanita hanya bisa mempunyai tabungan sampai usia 30 tahun setelah itu antara kalsium yangmasuk dan yang keluar yang menentukan. Makin sedikit aktivitas maka kalsium akan makin berkurang.

25 grm tepung susu

226.00

25 grm keju

194.25

50 grm daun pepaya

176.50

50 grm bayam

133.50

20 grm teri segar

100.00

10 grm teri nasi

100.00

75 grm tahu

93.00

50 grm daun singkong

82.50

25 grm daun mlinjo

54.75

40 grm tempe kedele murni

51.60

150 grm apel

42.00

75 grm mi kering

36.75

50 grm kangkung

36.50

25 grm kacang ijo

31.25

15 grm ikan asin kering

30.00

100 grm pepaya

23.00

10 grm kacang kedelai kering

22.70

25 grm kacang tanah terkupas+slpt

14.50

50 grm ikan segar

10.00

200 grm beras giling masak (nasi)

10.00

80 grm roti putih

8.00

50 grm ayam

7.00

50 grm daging sapi

5.50

Pencegahan Osteoporosis

PENDAHULUAN
– Osteoporosis masalah : Manula Pria > Wanita
– Silent Disease
– Tujuan : deteksi kesehatan diri dan penanggulangannya
APAKAH OSTEOPOROSIS ITU?
• Sifat khas dengan massa tulang rendah
• Perubahan mikroarsitektur
• Penurunan kualitas jaringan tulang

Resiko Mudah Patah Tulang
AKIBAT OSTEOPOROSIS
• Nyeri tulang
• Tubuh makin pendek
• Tulang mudah patah
BAGIAN TUBUH YANG SERING PATAH TULANG
• Tulang Belakang
• Tulang Pinggul
• Tulang Pergelangan Tangan
DETEKSI OSTEOPOROSIS
• Bone Densitometry
• Laboratorium
• Radiografi
PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
• Pola aktifitas sehari-hari
– Duduk dengan sandaran tegak
– Angkat barang sedekat mungkin dengan tubuh
– Jangan melakukan gerakan memutar
– Hindari lantai licin
– Penerangan cukup
PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
• Mengatur Pola Makan
– Gizi cukup protein, kalsium, dan vitamin D
– Hindari alkohol, rokok, dan kafein

PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
• Melakukan Olahraga Secara Teratur :
– Disesuaikan dengan kondisi
» Senam pencegahan osteoporosis
» Senam penderita osteoporosis
– Ada pemanasan, peregangan, dan pendinginan
– Senam 3-4 kali seminggu diselingi olahraga jalan/jogging
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP KESEHATAN TULANG :
• Memperlambat proses penuaan tulang
• Mencegah osteoporosis untuk semua tingkat umur
• Mencegah, bahkan membalik arah, proses penurunan kalsium tulang
KOMPONEN LATIHAN FISIK :
LIMA PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA SETIAP PROGRAM LATIHAN FISIK :
• PRINCIPLE OF SPECIFICITY
• PRINCIPLE OF PROGRESSION
• PRINCIPLE OF REVERSIBILITY
• PRINCIPLE OF INITIAL VALUES
• PRINCIPLE OF DIMINISHING RETURNS

PROGRAM SENAM PADA PENDERITA OSTEOPOROSIS :
• SEDERHANA
• MUDAH
• AMAN
• MENYENANGKAN
• INDAH
• MENGIKUTI KAIDAH-KAIDAH ILMIAH

Jenis olahraga untuk pembentukan tulang
Jenis olahraga Sasaran pada tulang
• Lompat tali tl belakang, tl pinggang
• Lari, jogging tl belakang, tl pinggang
• Senam tl belakang, tl pinggang, tl pergl tangan
• Tenis,squash tl belakang, tl pinggang, tl pergl tangan
• Jalan kaki tl belakang, tl pinggang
• Dansa tl belakang, tl pinggang
• Bersepeda tl belakang, tl pinggang
• Berenang tl pinggang
Sumber : majalah Nirmala 2001
LATIHAN PENGUATAN TUNGKAI DAN MENYANGGA BERAT BADAN
• Walking
• Jogging / Running
• Leg Presses
CACAT AKIBAT OSTEOPOROSIS
• Impairment
– Nyeri Tulang
• Disabilitas
– Aktifitas terganggu
• Handicap
– Mengganggu lingkungan
PENUTUP
• Osteoporosis Penyakit dengan gejala tidak terdeteksi
• Proporsi Resiko
– Wanita 50 tahun
– Pria 55 tahun
• Pencegahan lebih penting daripada mengobati